Berdikari Bumiputra
Tergelepar tak berdaya para bumiputra di tanah persadaJerit pendulum jiwa lenyap seiring waktu yang berkelana
Kini para penguasa pandai mengkloning hati
Tangis kematian, lengkingan tikus yang tak terperi
Walau jemari bayonet beringas menyentuh raga
Kami ingin berdikari di atas mega
Meski batalyon keringat berbaris tanpa jarak
Takkan luluhkan cahaya yang mulai merangkak
Api kehidupan yang semula redup kini telah dinyalakan
Geliat nafas memberontak dari relung sukma yang mengekang
Bangkit bersama kita lawan hati yang menggerogoti jiwa rekan
Bangun benteng agar nafsu tak mampu mengekang
Berjalan
Berjalan itu aktivitas
Berjalan itu pekerjaan
Berjalan itu kebutuhan
Berjalan itu kemampuan tubuh untuk melakukan gerakan seirama pada kaki,
yang dapat menimbulkan pergerakan yang menyebabkan perpindahan tempat
Berjalan itu suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari rutinitas kehidupan manusia
Berjalan itu suatu irama yang melakukan pergerakan secara dinamis
Berjalan itu pergerakan secara dinamis untuk memperoleh tujuan
Berjalan itu kegiatan yang mudah dilakukan ketika melakukan pergerakan ke depan bukan ke belakang
Berjalan itu pergerakan yang menuntut kemampuan diri untuk terus memotivasi
Dan berjalan itu hidup
Semu
Semu itu blur
Semu itu tanda tanya
Semu itu suatu keberadaan yang belum dapat dipastikan keberadaannya
Semu itu kepastian yang belum dapat dipastikan namun dapat dijelaskan adanya
Semu itu sebuah keberadaan yang mencari kepastian abadi untuk melengkapi diri agar suatu keberadaan itu ada dan dapat diakui oleh kepastian yang mengagungkan diri dengan kesombongannya
Semu itu bayangan diri yang merupakan bagian terdalam dari jiwa yang meratapi keberadaanya
Semu itu ada
Semu itu tiada
Bimbang
Dalam hanyutnya jiwa kelam bertabur dinginnya senja
Dalam buaian hasrat hitam berselimut hangatnya kabut
Mata nyalang memandang angkasa
Mata melayang menembus tebalnya kabut
Kicau burung lenyap sudah
Kicau burung kembali ke peraduan
Suara jangkrik bersahut-sahutan lemah
Kehidupan malam bergeliat mencari makan
Namun, sesosok tubuh diam terpaku tak bergerak
Tak terusik oleh lingkungan yang terus merangkak
Tak bergeming oleh pekat alam yang semakin marak
Tak terganggu oleh suara burung hantu yang serak
Hanya matanya yang terus bergerak
Hanya matanya, menandakan kehidupan yang berderak
Hanya matanya, memberitahukan beban hati yang berkerak
Hanya matanya, memperlihatkan lantunan sajak-sajak
Dalam diam, nampak seutas senyum yang mengembang lesu
Dalam diam, nampak setitik air mata yang menetes malu
Dalam diam, nampak seutas senyum yang mengembang lenyap berlalu
Dalam diam, nampak terukir wajah yang kuyu
Ketika malam terus menggeliat
Ketika malam terus mengusik dengan hebat
Ketika malam terus menggoda dengan buaian yang melekat
Sosok itu, tetap diam
Bunda
Dalam sujudmu engkau menangis
Dalam sujudmu engkau meratap
Dalam sujudmu engkau berdo’a tulus
Dalam sujudmu engkau mengadu dalam untaian kata yang meresap
Semua untuk kebahagiaan keluarganya
Semua untuk kehidupan anak-anaknya
Semua untuk orang-orang yang ia sayangi
Tak peduli pada diri sendiri
Jatuh bangun engkau membesarkan kami
Jatuh bangun engkau berusaha untuk kami
Kasih sayangmu tak terhingga
Kasih sayangmu tak tergantikan
Kasih sayangmu sejukkan jiwa yang merana
Kasih sayangmu damaikan hati yang kesepian
Tak pernah engkau minta ganti semua itu
Tak pernah engkau mengeluh pada anak-anakmu
Tak pernah pudar kegigihanmu
Demi masa depan anak-anakmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar